Perjalanan Napak Tilas


Astaga! Ternyata aku masih menyimpan draft (belum selesai pula!) catatan perjalanan Singapore – Bintan Resorts... tahun lalu! Iya, beneran ini catatan liburan tahun lalu hihihi...

Dibongkar ajalah tulisannya, disesuaikan dengan waktu. Gini ceritanya...

Jam 4 pagi waktu Singapore!

Alarm di hp menjerit membangunkan kami yang masih kelelahan akibat jalan-jalan dari pagi sampai malam sehari sebelumnya. Bencoolen – Esplanade – Merlion – Vivo City – Sentosa Island – balik Vivo City – Bencoolen - Bras Basah – Somerset dan kembali ke hotel di Bencoolen saat matahari udah gantian shift dengan bulan. Lumayan membuat kaki saya serasa melayang setiap kali melangkah.

Saya mengulur sedikit waktu, menikmati empuknya kasur dan bantal Hotel 81 Bencoolen sebelum benar-benar bangun dan siap-siap. Pagi itu kami harus check out dan melanjutkan perjalanan ke Pulau Bintan. Deasy -teman seperjalanan-, saya paksa untuk mandi duluan. Sambil menunggu Deasy selesai mandi, saya turun dari tempat tidur dengan malas. Harus selesai beres-beres sebelum Deasy selesai mandi.

Pukul 6 lewat, kami sudah rapi dan siap meninggalkan kamar hotel. Setelah memeriksa meja dan kamar mandi untuk memastikan tidak ada barang yang tertinggal, akhirnya kami benar-benar meningalkan kamar untuk segera check out. Menurut aplikasi panduan yang saya install di gadget, perjalanan dari hotel tempat saya menginap sampai Tanah Merah Ferry Terminal (TMFT) membutuhkan waktu tempuh kira-kira 1 jam perjalanan dengan menggunakan MRT dan bis. Setengah tujuh pagi, kami merasa sudah sangat terlambat saat meninggalkan hotel.

Dan demi jadwal keberangkatan pukul 08.05 waktu setempat dan kaki yang masih berasa melayang, akhirnya dengan sukses saya menyetop taksi yang melintas di belakang Rendezvous Grand Hotel yang memang tidak jauh dari Hotel 81 Bencoolen tempat kami menginap.

“Ngeri telat Deas, kaki gue masih nyut-nyutan... ngga bisa jalan cepet,” kata saya sambil memberi tanda ke pak supir taksi untuk berhenti.

Hening. Hanya terdengar bunyi tempat bagasi dibuka, ditutup dan pintu taksi ditutup. Taksi bergerak sesaat setelah saya menyebutkan tujuan kami.

“Iya, kaki gue juga sakit sebenernya,” pengakuan jujur Deasy.

30 menit perjalanan menggunakan taksi, kami masing-masing memperhatikan ruas-ruas jalan yang kami lewati termasuk hijau pepohonan di antara gedung-gedung bertingkat. Tiba-tiba...

“Ya ampun, jauh juga nih perjalanan!” Kata Deasy sambil memperhatikan jalan.

“Iya, jauh Deas. Kalau tadi kita pilih MRT, bakal lama nih...,” sahut saya sambil nyengir.

Dan saat itu, sepanjang perjalanan yang kami lalui masih terasa lengang. Mungkin karena kebanyakan warga Singapore lebih memilih angkutan umum seperti MRT dan bis ketimbang membawa kendaraan pribadi seperti di Jakarta.

Tiba di TMFT, kami harus membayar SGD 14.20 + SGD6.00 untuk overtime-nya! Sedikit kaget aja awalnya ketika si supir taksi menyebutkan angka yang harus kami bayar, tapi kemudian inget kata-kata temen kalau OT-nya supir taksi itu yang bayar penumpang. Dengan pasrah kami menyerahkan uang lembaran SGD10.00 dan koin SGD0.20 hasil ngorek2 dompet.
Suasana Pagi di Departure Hall TMFT
Waktu menunjukan pukul 7 lewat. TMFT masih lengang. Counter BintanResorts Ferries (BRF) masih sepi, masih gelap, masih tutup. Kami berjalan menuju salah satu deretan tempat duduk persis menghadap counter BRF yang bersebelahan dengan counter SCC sambil geret-geret traveling bag.

Sambil menunggu waktu, saya iseng mampir ke... 7Eleven! Entah kenapa, rasanya selalu excited *anak Sevel?* setiap kali melihat gerai Sevel. Padahal sebelum booming di Jakarta, Sevel sudah ada di berbagai sudut negara itu. Di sana, saya sempat membeli beberapa coklat.

Counter Bintan Resort Ferries @ TMFT
Baru jam 7 lewat waktu Singapore, saya dan Deasy sudah mulai mengikuti antrian yang masih pendek itu untuk check-in. Jadwal keberangkatan pertama ke Bintan Resorts dengan menggunakan jasa Bintan Resorts Ferries (BRF) pukul 08.05 waktu setempat. Saya excited! Sungguh!

Selesai mendapatkan boarding pass seukuran e-KTP, kami antri customs untuk keberangkatan dan antri lagi di imigrasi keberangkatan. Ruang keberangkatan ini pun berubah, lebih luas. Pintu keberangkatan untuk BRF pun berubah. Kalau dulu di gate 5 paling ujung, sekarang di gate 1 paling depan. Berdampingan dengan sebuah ruang kecil untuk display foto dan merchandise Bintan Resorts. Saya tidak sabar untuk sampai di sana saat itu!

Boarding Pass seukuran e-KTP
Kira-kira 20 menit sebelum keberangkatan, pengumuman boarding time untuk kami penumpang BRF memenuhi ruang keberangkatan. Antri lagi... saya ada di antrian nomor 1! Hahaha... menyusuri lorong menuju dermaga! I was so excited! Saat itu rasanya seperti menapaki kembali hari-hari saat saya begitu akrab dengan suasana TMFT. Bau air laut, debur ombak, sapuan angin laut, bunyi mesin kendaraan untuk angkut bagasi penumpang dan komunikasi dengan bahasa campur-campur.

Sampai di dermaga depan pintu masuk ferry, kami berbaris, menyerahkan boarding pass, satu persatu masuk ke dalam ferry bernama MV. Aria Bupala. Jangan tanya bagaimana rasanya bisa naik lagi ferry itu... campur aduk! Apalagi saat saya masih mengenali beberapa crew yang sedang sibuk menjelang keberangkatan. Saya terus melangkahkan kaki menuju tempat duduk di pojok sisi kiri belakang dekat jendela. Senyum saya lebar saat memandang keluar jendela... laut lepas!

Currypuff dari Killiney Kiosk
Dan entah karena feel like at home atau efek bangun terlalu pagi dan masih kecape’an, saya tertidur sekian menit setelah ferry bergerak meninggalkan pelabuhan TMFT. Nyenyak! *kata Deasy itu juga*. Entah berapa lama saya tertidur. Yang pasti beberapa menit setelah saya bangun, salah seorang crew menghampiri saya dan menyapa. Menanyakan kabar, layaknya teman lama sampai menawarkan minuman untuk saya dan Deasy! Saya teringat currypuff yang saya beli di Kiosk Killiney di ruang keberangkatan TMFT tadi. Akhirnya currypuff dan teh panas itu jadi menu sarapan saya pagi itu, nikmaaat sekali.

Selesai sarapan, saya kembali melihat keluar jendela. Hanya laut lepas memang, tapi separuh rindu saya terobati. Laut lepas, sensasi saat melintas perbatasan, dan... ini dia yang juga saya tunggu! Siluet teluk Bintan Resorts, hijau dari kejauhan, mercu suar, jejeran vila di tebing, lalu bentuk bangunan pelabuhan! Aaaaaahhhhhh... ingin rasanya saya menjerit kegirangan! Bangunan dengan sentuhan Melayu semakin terlihat jelas, ada kesibukan yang dulu pernah sangat akrab dengan keseharian saya. Saya benar-benar menikmati kesibukan di dalam ferry dan di luar sana ketika ferry sudah sandar di dermaga B Bandar Bentan Telani Ferry Terminal (BBT Ferry Terminal) dari tempat duduk saya.

Interior MV. Aria Bupala (kapasitas 270 penumpang)
Saat itu saya dan Deasy memutuskan jadi penumpang terakhir yang turun dari ferry. Pelan-pelan, saya menuruni tangga. Menginjakkan kaki di dermaga itu rasanya... saya ngga tau gimana harus menguraikannya dalam bentuk kata-kata, sekedar kata “SENANG” saja tidak cukup. Dan alhamdulillah, saya masih diberikan kesempatan untuk bertemu dengan teman-teman lama. Di sela-sela kesibukan kedatangan dan keberangkatan penumpang, kami sempatkan untuk saling bertukar kabar dan cerita. Sampai saya baru antri di imigrasi saat ruang kedatangan itu mulai sepi penumpang. Lepas dari urusan imigrasi, saya harus melewati pemeriksaan Bea Cukai.

Kaki saya berhenti melangkah dan berdiri di jendela sisi kanan ruang kantor ticketing. Mengintip kesibukan dari sana dan baru berjalan lagi sambil geret-geret traveling bag menuju kantor ticketing saat satu dua orang di dalam sana mengenali saya. Sempat mengintip ruang dalam... ngga terlalu banyak berubah. Dulu, di sinilah saya belajar banyak hal soal management pelabuhan, online ticketing, dan semua aktivitas pelabuhan yang terkadang harus membuat dokter klinik menyuntikkan obat ke tubuh saya karena asam lambung saya terlalu tinggi dan obat yang diminum sudah ngga mampu meredakannya :/

Puas kangen-kangenan, saya dan Deasy sempat menitipkan bagasi kami sampai kami dijemput. Kami melangkahkan kaki keluar gedung... sempat foto-foto di halaman terminal yang tertata apik. Dan kami baru kembali masuk ke dalam saat melihat Mas Gembong melangkah ke arah bangunan utama. Mas Gembong ini dulu sempat jadi sparing partner saat saya direlokasi ke Batam untuk running jalur domestik.

“Udah nih pake mobil saya aja,” kata Mas Gembong seraya menyerahkan kunci mobilnya pada saya.

“Mas, tapi aku ngga bisa nyupir mobil lho! Lupa ya...,” kata saya ragu.

“Oh...sebentar,” balas mas Gembong yang kemudian memanggil salah satu staff BBT FT. Entah siapa yang dicari.

Kira-kira setengah jam kemudian, kami sudah meluncur menuju Bintan Lodge untuk check in dan menaruh barang-barang kami. Bintan Lodge ini salah satu akomodasi yang bisa dijadikan alternatif yang harganya lumayan murah kalau perginya ber-empat atau ber-lima. Ngga terlalu jauh dari BBT FT, karena lokasinya di area township. Sempat mampir ke Pasar Oleh-Oleh (POO) untuk mengurus pembayaran akomodasi kami. Kami sempat melihat-lihat berbagai souvenir khas Bintan Resorts di POO. Selesai urusan pembayaran, kami bergegas berangkat ke... Tanjung Pinang! Di perjalanan, saya sempat menelfon seorang teman di Batam. Saat itu, waktu sudah menunjukkan sekitar jam 11 siang.

“Mak, berangkat sekarang ya? Kami dah otw pinang nih... jumpa kat pinang ye?” kata saya sambil memperhatikan jalan menuju Pos 1 Simpang Lagoi.

“Hah, okelah! Kejap lagi berangkat Punggur nih...,” jawab Syafliana.

Syafliana, atau saya biasa memanggilnya Mamak Kost atau Mamak Syafliana ini dulunya pernah sama-sama di Bintan Resorts dan kami pernah juga sama-sama di BBT FT. Bedanya, dulu Mamak Kost ini di bagian admin, sedangkan saya di Ticketing.
 ~~~yang punya blog~~~

Next postingan... tentang perjalanan ke Pulau Penyengat.

Postingan ini juga menjadi bagian dari #PerangPostinganBlog yang diinisiasi oleh TutehPharmantara dan Ilham Himawan.

Komentar

  1. Ini liburan yang dari tahun lalu mulai dipublish...siap2 banyak cerita liburan nih hahaha... btw perjalanannya seru, Kakak. Kapan2 boleh minta itin-nya? #eh :D

    Selamat #PerangPostinganBlog!

    BalasHapus
  2. tes tes komen... yang tadi masuk nggak yak?

    BalasHapus
  3. dari semua cerita ituuu yang paling menarik adalah si "curry puff" hahahaha...
    jadi kapan kita jalan2 bareng buat beli curry puff ituuu

    BalasHapus
  4. @Tuteh: Kalau mau baca runut bisa mulai dari http://bit.ly/1anriEi ke http://bit.ly/1anr7cj terus ke http://bit.ly/15T0f48 lalu ke http://bit.ly/18oNlcD ... jadi udah cicil2 sebenernya... tapi ya gitu deh, terlupakan yang lain2nya hahaha

    Boleh banget, T! Atau kita jalan2 bareng, gimana?

    BalasHapus
  5. @Pipiet: Ayo! Kapan? Di Jakarta juga ada, tapi bukan yang Killiney Kiosk

    BalasHapus
  6. lahhh kalo di jkt aje bisa nitip ituuuhhh....harus yang orisinil donk...jadi musti ke sono wkwkwkwk *modus*

    BalasHapus
  7. ehemm...ini bukan postingan DISPONSORI OLEH...kan? wuih Bintan ala koper, boljug...Kak postinganku ke Pulau Batuwingkung di comment dong :D

    BalasHapus
  8. ini sih bisa di pecah jadi 3 postingan :D
    Currypuff kok kayak pastel atau jalangkote yah bentuknya?

    BalasHapus
  9. @Pipiet: Udahlah... ke Jakarta aja, ntar barter sama kue bawang hehehe

    BalasHapus
  10. @Ilham: Hahaha... iya, disponsori oleh uang sendiri hahaha... Sip! Ntar aku mampir

    BalasHapus
  11. @Om Bisot: Kepanjangan ya? Tapi biar ngga penasaran yang baca. Nah iya bentuknya memang mirip pastel, jalangkote, dan panda, tapi kulit dan isinya beda-beda.

    BalasHapus
  12. hai,
    mau tanya untuk ferry dari SG ke Bintan berapa ya harga tiketnya?
    langsung beli di loket TMFT atau booking online?

    trims.

    BalasHapus
  13. @heennyy: tiket ferry dari SG ke Bintan ada 2 atau 3 operator kalau ngga salah. Ada rute TMFT - Sri Bintan FT di Tanjung Pinang (Bintan Selatan), ada yg rute TMFT - Bintan Lagoon, dan ada yg rute TMFT - BBT FT/TK. SEBONG. Sebaiknya booking online, terutama diwaktu-waktu peak season. Mengenai info harga tiket, saya hanya punya 1 referensi di http://www.brf.com.sg

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hello!

Perjalanan Personal Blog