Day 9 #10daysforASEAN: 10 Negara Di Bawah 1 Bumbung

http://2.bp.blogspot.com/--nNL3qZhrg8/U8c0OljVT2I/AAAAAAAADIg/C0XI-gcwiVk/s1600/brunai.jpg

Sudah bisa menduga kan kalau negara yang akan dibahas kali ini adalah negara yang beribukota Bandar Seri Begawan, yang juga juga menjadi negara penyelenggara KTT ASEAN ke-22 pada bulan April 2013 lalu. Dalam KTT ke-22 di Brunei Darussalam itu,  tema yang diangkat adalah “Menyatukan Rakyat, Menciptakan Masa Depan”, dengan pokok perundingan pembangunan badan persatuan ASEAN, dengan tiga pilar yaitu Persatuan Keamanan, Persatuan Ekonomi dan Persatuan Sosial dan Kebudayaan. Pembangunan Badan Persatuan ASEAN itu harus dirampungkan sebelum 31 Desember 2015. Tema: Dengan ketiga pilar tersebut, bagaimana mencapai tujuan pembangunan badan persatuan ASEAN? Mampukah negara-negara ASEAN mewujudkan Menyatukan Rakyat, Menciptakan Masa Depan? 

Sumber http://goo.gl/voumMi
Dari Brunei Darussalam, negara seluas 5,765km2 ini mimpi ASEAN Community 2015 dimulai. Bicara tentang mimpi, saya jadi seperti diajak ke salah satu impian masa lalu. Sekian tahun yang lalu, saya sempat merengek pada ayah saya untuk bisa jalan-jalan keluar negeri. Waktu itu ayah bilang,”... boleh, tapi kamu harus nabung atau cari kerja baru yang lewat pekerjaan itu bisa membuatmu jalan-jalan keluar negeri.

Beberapa hari kemudian, saya bertemu dengan salah seorang om saya. Beliau sempat menanyakan tentang keinginan saya untuk bisa jalan-jalan keluar negeri. Ah, rupanya ayah saya sudah cerita tentang rengekan saya itu. Dan katanya,”kamu sudah punya passport?” Saya menggelengkan kepala. Om saya bengong. Saya santai.
Lalu,”kamu punya mimpi ingin jalan-jalan keluar negeri tapi ngga punya passport itu bagaimana sih?
Saya santai menjawab,”ya kan belum pernah om, baru sebatas mimpi, belum pernah kejadian...
Kamu segera bikin passport!” Kata beliau.
“Buat apa?” Balas saya.
Lho, katanya mau jalan-jalan keluar negeri! Harus punya passport, ngga bisa pakai KTP!
Ya ntar aja kalau udah punya uang buat jalan-jalan...,” kata saya.
Ngga bisa! Kamu harus segera apply untuk bikin passport...,” semacam perintah yang tidak bisa dibantah. Saya nurut.

Singkatnya, akhirnya saya menerima passport pertama saya. Terus keluar negerinya kapan?
Ya sudah tunggu saja, nanti juga ada saatnya kamu berangkat keluar negeri. Yang penting kamu sudah punya passport,”jawab om dengan santai. Saya manyun sambil menimang-nimang passport saya.

Hampir setahun setelah saya punya passport, atau tepatnya minggu ketiga bulan Juli 2001, untuk pertama kalinya saya melakukan perjalanan keluar negeri dengan negara tujuan Singapura! Dan perjalanan ini untuk kepentingan kerja! Sekian bulan kemudian, saya tiba di Kuala Lumpur bersama seorang teman malam hari saat kota itu sedang dibasahi gerimis sisa hujan. Setelahnya, saya masih sempat dua tiga kali mampir ke Malaysia dan banyak kali ke Singapura. Belum sampai ke Thailand atau negara ASEAN lainnya. Mimpi saya, suatu hari nanti, saya akan sampai semua negara itu. Mungkin juga mimpi akan membawa saya pada kejutan manis untuk sampai ke negara-negara diluar wilayah ASEAN.

Pesan ayah yang selalu saya ingat saat pertama kali saya ijin akan berangkat ke Singapura atau Malaysia adalah,”pergilah, kamu bisa belajar dari sana!” Iya, meski untuk sekedar jalan-jalan, ayah saya selalu mengingatkan saya untuk belajar dari apa yang saya lihat dan saya alami. “Biar jalan-jalan kamu ada manfaatnya, bukan sekedar buang uang,” Begitu pesan ayah saya. Mungkin karena itu juga, saya lebih bisa menikmati Singapore Discovery Center, terkagum-kagum pada Singapore National Library, terbengong-bengong di Menara Kuala Lumpur, tertawa bahagia saat berada di dalam Petronas Sains – The Discovery Center, jalan kaki di jam 12 kurang 10 menit siang hari dari Check Point Woodlands sampai Check Point Johor Bahru dan banyak tempat lainnya yang terkesan membosankan.

Semua yang saya alami itu, berawal dari mimpi. Kata salah satu atasan saya di kantor yang lama dulu,”Dream and Hope. Hanya dua hal itu modal utama saya optimis menjalankan usaha ini. Tempat ini ngga akan pernah ada kalau dulunya ngga diawali dari mimpi dan harapan bahwa besok atau lusa, tamu yang datang akan bertambah. Jangan sampai kamu kehilangan keduanya.”

Jadi kalau mau dianalogikan, 3 Pilar (Persatuan Keamanan, Persatuan Ekonomi dan Persatuan Sosial dan Kebudayaan) itu adalah passport untuk perjalanan menuju ASEAN Community 2015. Dan melalui sosialisasi yang konsisten dilaksanakan oleh setiap negara anggota ASEAN yang dipimpin oleh masing-masing kepala negara melalui departemen yang terkait, saya sih optimis mimpi menyatukan rakyat dari 10 negara ASEAN untuk menciptakan masa depan ASEAN Community 2015 dapat direalisasikan.

Kalau ketiga pilar tersebut benar-benar dipersiapkan dengan matang di setiap negara ASEAN, sosialisasi secara konsisten dan berkesinambungan dilaksanakan dengan bahasa yang mudah dipahami oleh masyarakat melalui berbagai media termasuk ASEAN Blogger Community yang juga dapat dijadikan sebagai salah satu kanal untuk melakukan sosialisasi itu, rasanya kegiatan sosialisasi akan lebih mudah. Sayangnya, ASEAN Blogger Community baru ada Chapter Indonesia saja. Kalau di setiap negara ASEAN dibentuk ASEAN Blogger Community dengan konsep yang kurang lebih sama, sosialisasi untuk mempersiapkan masyarakat luas di setiap negara ASEAN dalam menghadapi ASEAN Community 2015 relatif lebih mudah.

Antara kemampuan dan kemauan. Keduanya harus ada. Karena kalau salah satu kurang atau tidak ada, maka pemahaman yang kurang tepat akan menimbulkan masalah baru yang rumit saat diwujudkannya ASEAN Community 2015.

Mengutip penggalan lagu “Laskar Pelangi” yang dinyanyikan oleh Nidji,”Mimpi adalah kunci // Untuk kita menaklukkan dunia // Berlarilah tanpa lelah // Sampai engkau meraihnya...

Ayo ASEAN, realisasikan mimpimu! Jadikan ASEAN Community sebagai “1 bumbung untuk 10 negara ASEAN”.
~~~yang punya blog~~~
Tulisan ini disertakan dalam Lomba Blog #10daysforASEAN, Menuju Komunitas Ekonomi ASEAN 2015.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengalaman SWAB Antigen Test

Keseruan #NgintipBareng Photo Prewed

Pengalaman Isolasi Mandiri