Day 10 #10daysforASEAN: Diplomatic City Yang Cantik

https://lh6.googleusercontent.com/-XbpwXIqqFiw/UqaV7XqKWvI/AAAAAAAACes/QRPMAAN4ATE/s630-fcrop64=1,2b426141d18fe648/ASEAN_HQ_1.jpg

Tema: Jakarta, Diplomatic City of ASEAN Indonesia adalah negara terakhir yang dijadikan tema dalam lomba Blog #10DaysforASEAN yang diadakan oleh ASEAN Blogger Community - Chapter Indonesia bersama dengan beberapa sponsor di antaranya US Mission. Untuk tema kali ini dipilih Jakarta, ibukota negara Indonesia, yang juga menjadi markas ASEAN Secretary bertempat di Jalan Sisingamangaraja 70 A, Jakarta Selatan.  Keberadaan markas ASEAN Secretary di Jakarta merupakan suatu kepercayaan bahwa Indonesia bisa menjadi penghubung antar negara-negara anggota ASEAN atau Diplomatic City of ASEAN. Menurut teman-teman blogger mengapa Jakarta bisa terpilih sebagai Diplomatic City of ASEAN? Apa dampak positif dan negatifnya bagi Indonesia khususnya Jakarta? Kesiapan apa saja yang perlu dilakukan oleh Jakarta sebagai tuan rumah dari Perhimpunan Bangsa-bangsa ASEAN? 


Selasa, 8 Agustus 1967


Sumber http://goo.gl/lgIClo
Entah seperti apa suasana Bangkok hari itu, seperti apa cuacanya. Hari itu, ada 5 orang negarawan berkumpul. Adam Malik (Indonesia), Tun Abdul Razak (Malaysia), Narciso R. Ramos (Filipina), S. Rajaratnam (Singapura) dan Thanat Khoman (Thailand). Kelima negarawan yang menjadi penggagas kerjasama regional itu berkumpul untuk menandatangani suatu perjanjian yang kemudian dikenal dengan Deklarasi Bangkok. Deklarasi ini yang kemudian menandai kelahiran ASEAN. Sejak saat itu, 8 Agustus selalu diperingati sebagai Hari ASEAN.



Selanjutnya, jumlah anggota ASEAN bertambah. Brunei (8 Januari 1984), Vietnam (27 Juli 1995), Laos dan Myanmar (23 Juli 1997). Dan karena situasi politik dalam negeri, Kamboja yang sempat bergabung ditanggal yang sama dengan Laos dan Myanmar terpaksa mengundurkan diri dari keanggotaannya di ASEAN. Namun, dua tahun kemudian Kamboja kembali bergabung, tepatnya 30 April 1999.



Dan hari ini... Rabu, 4 September 2013

Kantor Sekretariat ASEAN sudah berdiri kokoh di Jl. Sisingamangaraja No. 70A – Jakarta Selatan sejak tahun 1981. Gedung ini diresmikan oleh Bapak (alm.) H.M. Soeharto yang saat itu menjabat sebagai Presiden RI. Beberapa tahun sebelumnya atau tepatnya sekitar bulan Februari 1976, para Menteri Luar Negeri ASEAN mendirikan Sekretariat ASEAN di Gedung Departemen Luar Negeri Indonesia di Jakarta. Sekretariat ASEAN ini menjadi sesuatu yang sangat penting bagi anggota ASEAN, untuk memudahkan kordinasi berbagai kegiatan ASEAN.



Gadget yang saya letakkan di sisi kiri laptop menunjukkan kalau saat ini Jakarta berawan dengan suhu 31˚C. ASEAN Anthem menjadi backsound saat saya sedang menyelesaikan tantangan hari ke-10 #10daysforASEAN disaat pekerjaan utama sudah selesai dikerjakan. Entah seperti apa suasana kerja di Gedung Sekretariat ASEAN saat ini... kapan ya bisa masuk ke sana dan diijinkan untuk mengikuti berbagai kegiatan yang ada di sana? Sehari di Gedung Sekretariat ASEAN ^.^



Sumber http://goo.gl/ruQabf
Mengapa Jakarta bisa terpilih sebagai Diplomatic City of ASEAN?

Yang terlintas pertama kali, alasan utamanya adalah karena gedung Sekretariat ASEAN berlokasi di Jakarta, lalu pusat pemerintahan Indonesia juga berpusat di Jakarta. Lalu gedung Kedutaan Besar dari berbagai negara sahabat juga ada di Jakarta dan Jakarta merupakan gerbang utama Indonesia, disamping tentu saja dari segi swasta, banyak kantor perwakilan perusahaan internasional berlokasi di Jakarta.



Apa dampak positif dan negatifnya bagi Indonesia khususnya Jakarta?

Dampak positif yang terlintas saat membaca kalimat “Jakarta jadi Diplomatic City  of ASEAN”, sesuatu yang serius dan kaku. Tapi, saya teringat bangku-bangku taman nan cantik yang diletakkan di sepanjang Jl. Jend. Sudirman – Jl. MH Thamrin eh... Jl. Medan Merdeka depan Museum Nasional. Ruang terbuka yang hijau mulai terlihat meski sedikit dan ada di kolong jalan layang. Pelan tapi pasti, ruang terbuka yang hijau mulai bertambah. Sepertinya, Pak Jokowi ingin menyiapkan Jakarta yang tidak kaku meski menyandang ”Diplomatic City”. Singkatnya, sekarang ini Jakarta sedang genit. Dandan biar cantik!



Dengan terpilihnya Jakarta sebagai Diplomatic City, jajaran Pemprovnya benar-benar bebenah diri dibawah pimpinan Bapak Jokowi dan Bapak Basuki (Ahok). Saya saja yang bukan pemegang KTP DKI *psssttt... jbss!* iri lho melihat kemajuan ke arah positif yang ada di Jakarta ini. Semoga Bapak Gubernur dan Wagub saya bisa membawa Jawa Barat ke arah yang lebih baik.



Dampak negatifnya? *ngunyah roti hasil nodong temen* Apakah Jakarta dan penduduknya siap? Saya kok khawatir kejahatan akan merajalela kalau tidak diantisipasi sejak dini ya? Maceeeet... akankah Jakarta menjadi kota yang super duper macet?



Kesiapan apa saja yang perlu dilakukan oleh Jakarta sebagai tuan rumah dari Perhimpunan Bangsa-bangsa ASEAN?

Infrastruktur diperbaiki, kemampuan SDM ditingkatkan, mengedukasi warganya agar dapat memahami maksud ASEAN sebagai organisasi serta dampaknya bagi kehidupan sehari-hari dan negara dan tentang ASEAN Community 2015.



Cara sederhana mengedukasi warga untuk memahami ASEAN sebagai organisasi dan seterusnya adalah merangkul berbagai lapisan masyarakat melalui media yang mudah dijangkau dengan bahasa yang mudah dipahami. Kehadiran ASEAN Blogger Community – Chapter Indonesia yang sering membuat kegiatan, baik online maupun offline rasanya bisa membantu untuk melakukan persiapan tersebut.



Menurut saya, #10daysforASEAN kegiatan yang bagus. Setidaknya membuat saya rela begadang untuk belajar tentang negara-negara anggota ASEAN dan organisasinya (walaupun pasti lupa-lupa terus) dan menuliskannya kembali di blog (walaupun pasti berantakan hasilnya).



ASEAN Anthem selesai, saya tutup juga jendela Mp3-nya sebagai tanda saya ingin menyudahi tulisan ini.
Koleksi Pribadi
 ~~~yang punya blog~~~
 
Tulisan ini disertakan dalam Lomba Blog #10daysforASEAN, Menuju Komunitas Ekonomi ASEAN 2015.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengalaman SWAB Antigen Test

Keseruan #NgintipBareng Photo Prewed

Pengalaman Isolasi Mandiri