Day 5 #10daysforASEAN: Ngopi Yuk!

Tema hari kelima: Kopi. Sekarang ini, minum kopi sudah menjadi bagian dari gaya hidup modern. Hampir di seluruh penjuru kota, tidak hanya di Indonesia tetapi juga ASEAN, banyak tersebar gerai kopi. Di dunia, negara penghasil kopi terbesar adalah pertama: Brazil, kedua: Vietnam dan ketiga adalah Indonesia. Kedua negara terakhir adalah anggota ASEAN. Menuju Komunitas ASEAN 2015 ini, mampukah Vietnam dan Indonesia merebut pangsa pasar kopi dunia? Bisakah kedua negara tersebut menjadi partner produksi kopi, bukan menjadi rival atau saling bersaing. Tuliskan pendapatmu di blog tentang kemampuan Indonesia dan Vietnam merebut pangsa pasar kopi di dunia, berkaitan dengan Komunitas ASEAN 2015. Tidak hanya bersaing tetapi bisa juga menjadi partner bersama.

Kopi adalah jenis minuman yang diolah dari biji kopi dan belakangan memiliki berbagai variasi tambahan hasil olahan pabrik ini pertama kali ditemukan oleh Bangsa Etiopia di Benua Afrika sekitar 3000 tahun yang lalu. Pada perkembangannya, kopi menjadi jenis minuman yang disukai banyak orang termasuk saya.

Sumber gambar http://bit.ly/16XAfU5
Entah mulai kapan tepatnya saya mulai menyukai kopi, tapi yang saya ingat ketika masih tinggal di Pulau Batam, saya pernah minta adik saya untuk mengirimkan beberapa rasa Kopi Aroma khas Bandung yang wangi dan rasanya dahsyat itu. Kopi Aroma ini bukan jenis kopi, tapi merek dagang yang sudah lama berdiri di Bandung. Terletak di Jl. Bancey, Tan Houw Sian pendiri Kopi Aroma ini sekarang menjalankan usahanya bersama-sama dengan anaknya. Usia biji kopi yang ada di sini ada yang sudah berumur lebih dari 5 tahun. Teknologi untuk mengolah biji kopi yang ada pun masih menggunakan teknologi lama, tanpa campuran kimia. Jadi aroma khasnya itu akan muncul ketika diseduh. Itulah kenapa, Pak Tan Houw Sian selalu menyarankan untuk tidak menyimpan Kopi Aroma terlalu lama setelah digiling.

Indonesia sebagai produsen kopi terbesar ketiga, konon katanya dibutuhkan dunia karena kualitas dan harganya yang kompetitif. Setiap tahunnya Indonesia memproduksi kopi rata-rata 600 ribu ton, masih jauh di bawah Vietnam yang mampu memproduksi kopi 1,2 juta ton setiap tahunnya. Menurut Menteri Perdagangan Gita Wirjawan, perlu ada pembenahan dari segi produktivitas karena Indonesia memiliki lahan yang luas. Selain itu juga perlu ada penerapan teknologi dan disiplin dari setiap pihak yang berkepentingan untuk meningkatkan produksi kopi.

Dengan hasil produksi pertahun rata-rata 600 ribu ton itu, sebagian besar diekspor untuk memenuhi kebutuhan dunia. Sementara untuk memenuhi pasar lokal, Indonesia impor kopi dari negara lain yang harganya lebih murah seperti Vietnam. Menurut Ketua Umum Gabungan Eksporter Kopi Indonesia Hutama Sugandhi nih, luas lahan perkebunan kopi di Indonesia itu mencapai 1,1 juta hektare. Vietnam? 550 ribu hektare saja! *sampai di sini saya takjub setakjub takjubnya!*

Sebelum bergeser ke Vietnam yang memiliki luas lahan perkebunan kopi 550 ribu hektare itu, saya ingin menyampaikan beberapa jenis kopi Indonesia. Jenis kopi yang dihasilkan di Indonesia adalah Kopi Gayo dari Aceh, Kopi Lintong dari Mandailing Sumatera Utara, Kopi Toraja dari Sulawesi dan kalau tidak salah ada Kopi khas Lampung yang saya tidak tahu namanya. Nanti kalau ada waktu saya mampir ke gerai kedai kopi Anomali deh, karena di sana ada berkarung-karung kopi dengan variasi kopi yang beragam termasuk Arabika dan Robusta.

Sumber gambar Koleksi Pribadi
Nah, sekarang tentang kopi khas Vietnam atau bahasa Vietnamnya Cà phê. Aroma kopinya yang tajam, rasa kopinya yang tidak asam dan saya merasa kopi dari Vietnam ini juga bersahabat dengan lambung saya.

Adalah bangsa Perancis yang memperkenalkan Vietnam pada kopi sekitar tahun 1857. Industri kopi di Vietnam dilakukan melalui sistem perkebunan dan produksinya sendiri dibangun pada awal abad ke-20 yang dimulai dari skala kecil sebelum berubah menjadi perkebunan. Pada perkembangannya kemudian, Vietnam sudah mulai menghasilkan kopi instan, Vinacafe (dulunya bernama Coronel) yang didirikan di Bien Hoa – Provinsi Dong Nai pada tahun 1969 yang sudah berhasil memproduksi kopi 80 ton per tahun. Sayangnya, produksi kopi di Vietnam sempat terganggu ketika terjadinya Perang Vietnam. Baru pada tahun 1986, melalui reformasi Doi moi, perusahaan swasta diperbolehkan untuk terjun ke industri kopi.

Melalui kerjasama yang baik mulai dari penanam, produsen sampai pemerintah, akhirnya pertumbuhan industri kopi memperlihatkan hasil yang cukup signifikan. Saat ini berbagai perusahaan milik negara di Vietnam turut andil salam perkembangan industri kopi, sebut saja Trung Nguyên di Provinsi Dak Lak mulai tahun 1996 dan Highlands Coffee (perusahaan swasta) pada tahun 1998, selain produksi kopi di daerah Buon Ma Thout yang merupakan sebuah dataran tinggi tempat industri kopi Vietnam berpusat, Hung Phat, Tam Chau, Viet Pacifict atau biasa dikenal dengan Vietcoffee.

Dari data-data yang terbatas di atas, saya optimis kalau Indonesia dan Vietnam ini akan mampu merebut pasar dunia. Pasalnya, dengan luas lahan pertanian yang ada, variasi kopi yang beragam dan dari segi harga pun termasuk murah; unsur-unsur ini sangat mendukung untuk menjadikan dua negara ASEAN ini menjadi produsen kopi terbesar di dunia. Hanya saja yang perlu diperhatikan dan ditingkatkan adalah kinerja dari para pelaku usaha kopi di Indonesia. Mungkin, perlu dilakukan juga reformasi dibidang industri kopi agar produksi kopi Indonesia ini dapat meningkat agar mampu memenuhi kebutuhan kopi dalam dan luar negeri.

Oh iya, mungkin ini juga semacam himbauan kepada pemerintah untuk memotivasi petani kopi agar lebih giat menghasilkan tanaman kopi sebanyak-banyaknya dengan kualitas yang lebih baik dan memotivasi pemilik lahan untuk tidak menyulap lahan perkebunan kopi menjadi gedung-gedung bertingkat.

Kalau kerjasama dan kesadaran dari hulu ke hilir sejalan dan kinerja diperbaiki, varian kopi dari Indonesia ditambah dengan varian kopi dari Vietnam, mestinya sih Indonesia berdampingan dengan Vietnam akan mampu untuk merebut pangsa pasar kopi di dunia.

Ngomong-ngomong, kopi ini baik juga lho untuk kesehatan... asal tidak berlebihan. Katanya nih, kopi dapat menurunkan resiko terkena penyakit kanker, diabetes, batu empedu, dan berbagai penyakit jantung (kardiovaskuler). Punya anak balita? Sesekali balitanya boleh minum kopi walau hanya satu atau dua sendok makan. Konon katanya, kalau sampai demam tinggi tidak sampai kejang-kejang. Mitos? Entah! Tapi saudara-saudara saya yang sudah punya anak sih bilang begitu.

Eh, ngopi yuk! Di mana gitu... 

~~~yang punya blog~~~

Tulisan ini disertakan dalam Lomba Blog #10daysforASEAN, Menuju Komunitas Ekonomi ASEAN 2015.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hello!

Perjalanan Napak Tilas

Perjalanan Personal Blog