Jariku Ungu!



Ini lagu Pemilu yang dulu sering banget didenger saat masa-masa pemilu sudah dekat. Tapi, dengan musik yang berbeda. Lebih gaul, lebih masa kini dan lebih seru.

Sejak awal aku sudah niatkan hati untuk datang ke TPS menggunakan hak suaraku memilih caleg atau partai yang sesuai dengan harapanku. Jadi ketika ternyata RT yang dekat dengan kost-anku menolak untuk mengurus dokumen yang aku butuhkan untuk menggunakan hak suaraku, aku upayakan cara lain. H-1 menjelang Pemilu 2014, aku putuskan untuk mengikuti Pemilu di Bogor. Sayangnya, karena Kartu Keluarga yang dikirim dari Sukabumi belum sampai juga sampai malam hari, akhirnya dihari H aku putuskan untuk pulang ke Sukabumi. Untunglah masih berhasil mendapatkan tiket KA Pangrango tujuan Sukabumi dari Stasiun Paledang – Bogor untuk keberangkatan jam 07:55WIB dan tiba di Sukabumi sekitar jam 10 pagi.

Tiba di Stasiun Sukabumi , suasana stasiun saat itu cukup ramai. Ada yang baru tiba, ada yang akan berangkat ke Bogor atau Cianjur. Di bagian dalam ada yang antri untuk beli tiket dan aku sempat ikut antrian sambil harap cemas untuk bisa kembali ke Bogor dengan kereta jam 3 sore dari Sukabumi. Sayangnya, all seats are fullybooked! Wow! Akhirnya aku pikir yang penting saat ini harus segera pulang, ambil kartu pemilih dan pergi ke TPS dekat rumah, masalah pulang ke Jakarta dipikirkan setelah memilih.

Jam 10 lewat, aku sudah sampai di TPS dan menunggu giliran untuk dipanggil untuk memilih dan menitipkan amanah pada mereka yang aku pilih di bilik pemilihan. Beberapa menit sebelum dipanggil, ada kejadian yang sejujurnya membuat aku sempat kebingungan ketika seorang tetangga yang dulunya teman sekolah duduk di sebelahku, lalu terjadilah obrolan seputar pemilihan tadi pagi dengan suara pelan  *khawatir mengganggu jalannya pemilu*
“Mau minta tolong...” 
“Minta tolong apa?” 
“Tolong bantulah... untuk anu...”
Aku sempat terdiam, hening, mikir... itu maksudnya apa ya.... lalu,”oooh maksudnya partaiiii? Milih partai ituuuu...” 
“Iya...,” katanya sambil senyum penuh arti yang kusambut dengan ketawa kecil.

Inginnya sih teriak di depan mukanya,"udah nunggu giliran dipanggil masih usaha kampanye juga broooo! Please deeeeeeh..."



Sudah hari H, sudah di dalam ruang pemilihan dan sedang menunggu giliran untuk dipanggil, dan situ masih gerilya untuk kampanye? Untuk apa? Berharap aku mengubah keputusan yang sudah kuambil sejak pagi dan memantapkan hati sepanjang perjalanan dari Bogor ke Sukabumi? Sayang sekali, keputusanku sudah mantap, kawan! Kita berteman iya, masa sekolah dulu. Tapi bukan berarti aku akan menggadaikan keputusanku hanya demi mempertahankan hubungan pertemanan kita. Ini masalah masa depan bangsa, kawan! Bukan berarti yang kau tawarkan itu buruk, tapi tawaranmu tak populer dan terasa egois.

Maaf, walaupun kita teman, tapi aku mantap untuk memilih partai yang bukan kamu jagokan! Maaf, tapi caramu sudah membuatku semakin tak simpati dan caramu tak mampu mengubah keputusanku. Karena sesungguhnya, kalau kau yakin partai yang kau jagokan punya program dan orang-orang yang mumpuni, kenapa dihari H dan di dalam ruangan masih bergerilya minta tolong pada orang-orang yang sudah berada di TPS dan siap memilih?

Dan dengan mengucap Bismillah... aku memilih sesuai dengan kata hatiku diiringi harapan, semoga mereka yang tadi aku pilih (kalau bisa sampai menjadi bagian dari wakil rakyat), mampu mengemban amanah dengan sebaik-baiknya sampai akhir masa jabatan selesai.

Yang perlu dikoreksi dan masukkan untuk KPU untuk Pemilu yang akan datang adalah data Calon DPD yang ada di lembar suara itu perlu juga dicantumkan domisili calon DPDnya. Supaya kami sebagai pemilih, bisa lebih mudah memutuskan siapa yang seharusnya kami pilih.
~~~yang punya blog~~~

Ditulis ini disponsori oleh bangku kosong di bis Parung Indah dalam perjalanan kembali ke Jakarta dengan tinta biru di jari kelingking sebelah kiri.

Video Pemiyuk 2014 dari Youtube.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengalaman SWAB Antigen Test

Keseruan #NgintipBareng Photo Prewed

Pengalaman Isolasi Mandiri