Tentang Laguna



Sinopsis
Judul Buku: Laguna | Penulis: Iwok Abqary | Penerbit: Gramedia Pustaka Utama | Terbit: Cetakan I, 2013 | Tebal Buku: 232 halaman | ISBN: 978-602-03-0053-5 | Harga: Rp. 48.000

Keindahan Blue Lagoon Resort berhasil menyembuhkan luka hati Arneta setelah putus dari Galang. Setidaknya itulah yang dirasakannya sampai kemunculan Mark, sang general manager baru. Ketenangan Arneta terusik karena sikap dingin cowok blasteran itu. Untuk pertama kalinya ada orang yang berani menegur keterlambatan Arneta, meremehkan kinerjanya, dan mempermalukannya di depan para staf.

Kekesalan Arneta semakin menjadi karena statusnya sebagai anak pemilik Blue Lagoon Resort tidak bisa memuluskan rencananya untuk mendepak Mark. Perang dingin di antara mereka berujung pada sebuah pertaruhan terbesar dan ternekat yang pernah diajukan Arneta. Pertaruhan yang perlahan-lahan membuka sisi asli pribadi Mark. Pertaruhan yang membawa Arneta kembali bertemu Galang.

Laguna biru kesayangannya tak lagi tenang. Luka hati Arneta yang lama terkubur kini terusik lagi dengan kehadiran Galang. Namun, ketika mantan kekasih yang dulu sangat dicintainya itu melamarnya di tepi laguna, kenapa Arneta justru memikirkan sosok lain?

Review
Pertama kali kang Iwok menghubungi saya tentang rencananya untuk mengangkat keindahan Pulau Bintan sebagai setting lokasi novel amore-nya, saya agak bingung harus bereaksi seperti apa. Di satu sisi saya senang karena berhasil “meracuni” kang Iwok untuk jalan-jalan ke Pulau Bintan melalui novel yang akan ditulisnya, tapi di sisi lain saya bingung akan jadi apa novel amore ditangan seorang kang Iwok yang lebih sering menulis novel ber-genre gokil.

Tapi setelah kang Iwok meyakinkan saya dengan “pengen nyoba keluar dari comfort zone”, akhirnya saya memberikan dukungan penuh. 

Proses Pengerjaan

Kang Iwok yang saya anggap sebagai Cikgu saya, adalah seorang pendengar yang baik. Sabar banget mendengarkan cerita saya ketika masa-masa kerja di Bintan, membaca referensi-referensi yang benar tentang Bintan, dan memperbaiki berbagai koreksi dari saya ketika kang Iwok meminta saya untuk jadi first reader novel ini. Intinya, saya bawel selama kang Iwok menulis novel setebal 200an halaman itu. Ngga jarang saya dan kang Iwok begadang hanya untuk mendiskusikan beberapa plot cerita supaya “feel Bintan-nya dapet”.

Tahapan terakhir ketika kang Iwok memberika bocoran design cover. Yang pertama keren, tapi karena satu dan lain hal akhirnya diganti. Yang kedua, reaksi yang keluar pertama kali adalah: Ini mah Bintan banget! Ada pantai, ada pohon kelapa berikut laut dan langit biru yang di-blur, ada segelas lime squash, bintang laut dan kerang. Keren banget!

Dari sisi cerita

Saya suka cara kang Iwok mendeskripsikan tokoh-tokohnya. Saya suka sosok Arneta yang terlihat keras tapi sebetulnya fragile, saya suka sosok Mark yang terkesan arogan dan menyebalkan! Tokoh-tokoh lain yang dimunculkan melengkapi alur cerita. Suka!

Dialog-dialog segar alami yang ada di novel ini dan alur ceritanya kadang membuat saya seperti ada di sana. Kadang saya harus menahan nafas ketika perdebatan penuh emosi dimunculkan, kadang saya nyengir ketika membaca dialog chatting Ayu dan Neta. Dan kejutan untuk saya adalah ketika kang Iwok benar-benar memasukkan istilah-istilah seperti sales call, twin destination holiday, dan banyak lagi untuk menguatkan alur cerita.

Dan saya suka bagaimana kang Iwok mendeskripsikan Bintan! Tentang langit biru, Pemandangan ke arah Laut Cina Selatan, pendar lampu suar dari Pedra Branca, taburan bintang di langit malamnya Bintan, langit senja Bintan. Saya jadi ikut membayangkan kembali saat-saat saya tinggal dan bekerja di sana. Almost perfect

Menariknya, diawal-awal cerita kang Iwok memunculkan semacam clue-clue yang membuat saya penasaran untuk terus membaca novel ini sampai habis. Dan jawaban dari semua clue itu dimunculkan satu persatu dengan cara yang smooth.

Adakah kekurangannya? Mmm... hanya satu dua typo yang nyaris tak terlihat karena ngga mengganggu alur cerita dan maknanya.

Ending ceritanya? Ehm, saya rasa setiap pembaca punya harapan berbeda-beda dari sebuah novel yang dibacanya. Begitu juga dengan Laguna ini. Saran saya sih, sebaiknya beli bukunya, dibaca sampai selesai dan silakan simpulkan sendiri.

~~~yang punya blog~~~

Jadi, kalau sampai saat ini berpikir liburan ke Bintan itu jadi liburan yang mahal... coba deh beli Laguna dan rasakan suasana Bintan di sana!

Komentar

  1. beuuh...Kang Iwok ini memang produktip sangad

    BalasHapus
  2. Dan saya jadi penasaran sangat untuk membaca karya terbaru Kang Iwok ini... saya jatuh cinta pada novel Tikil, yang menurut saya maha karya Kang Iwok di dunia komedi hueheuheue... salut!

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hello!

Perjalanan Napak Tilas

Perjalanan Personal Blog